Minggu, 06 Februari 2011

HAP e.c solusio plasenta + PEB

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
ASUHAN KEBIDANAN PADA HAP e.c SOLUSIO PLASENTA DAN PEB










DISUSUN OLEH :
MAYA LATIFAH OKTAVIA SUWANDI
08023





AKADEMI KEBIDANAN BUDI KEMULIAAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011

Laporan Kasus
Tgl 13 – 12 – 2010
Jam 08.50
Ny. S usia 27 tahun seorang penjual makanan, pendidikan terakhir SMP, agama Islam bersuamikan Tn. T usia 28 tahun seorang karyawan di sebuah percetakan, pendidikan terakhir SMP, agama islam bertempat tinggal di daerah gambir, Jakarta Pusat, datang ke UGD dengan :
Menerima pasien dan keluarga dengan penuh rasa hormat
Melakukan Quick check :
Sakit kepala yang hebat : tidak ada
Pandangan kabur : tidak ada
Mual : tidak ada
Muntah : tidak ada
Nyeri epigastrium : tidak ada
Pergerakan janin berkurang : tidak ada
Perdarahan pervaginam : ada,
S/ ibu mengatakan keluar darah merah kehitaman dan mules sejak pukul 06.30 wib,
Ibu mengatakan hamil 8 bulan ke 2, HPHT : lupa, ibu ANC teratur di PKM gg. Madu, ibu mengaku tidak pernah USG, selama periksa tidak ada kelainan dan tidak pernah mengalami TD tinggi.
Riwayat persalinan yang lalu, lahir tgl 29 mei 2008 lahir spontan BB 3300, lahir di BPS dan ditolong oleh bidan, tidak ada komplikasi.
Riwayat penyakit : tidak ada, Riwayat operasi : tidak ada, Riwayat alergi obat : tidak ada, Riwayat urut : tidak ada, riwayat koitus : tidak ada
O/ Ku : baik, kesadaran : CM, keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 160/100 mmHg, Nd : 98 x/ menit, suhu : 36 O C, Rr : 20 x/ menit
Konjungtiva : tidak pucat, sclera : tidak ikhterik
TFU : 29 cm, HIS : 2 x 10’ 25’’,
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I : teraba agak bulat lunak dan tidak melenting
Leopold II : kanan : teraba keras lebar panjang seperti papan
Kiri : teraba bagia-bagian kecil
Leopold III : teraba bulat keras dan tidak melenting
Leopold IV : teraba 4/5 bagian
DJF (+) 138 x/ menit,
TBJ : (29-12) x 155 = 2635 gram
Ekstremitas : edema : tidak ada, varices : tidak ada
Pemeriksaan inspekulo : tampak perdarahan merembes ± 150 cc warna merah kehitaman, keluar strosel (+)
Ostium terbuka ± 1 cm,
Pemeriksaan penunjang :
DPL : Hb : 11,5 gr % SGOT : 32 o 14 u/L
Leu : 8 rb/ uL SGPT : 33 O 10 u/L
Ht : 31,9%
Tr : 271 rb/uL
Er : 4,9 jt/uL
Urin : cek protein (+) 2
UR : 15 mg/ dL
Cr : 0,8 mg/ dL
USG : janin tunggal pres kepala DJF (+) gerak (+) BPD 81,3 ~ 32 mgg, FL 62,9 ~ 32 mgg, FW 1800 gr
ICA 8, CER 48, 5 ~ 36 mg, plasenta corpus depan grade II – III
NST : hasil mencurigakan
A/ G2P1A0 hamil 32 minggu (USG ) aterm ( klinis ) PK 1 fase laten dengan HAP e.c solusio plasenta + PEB
Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala dengan premature
Masalah potensial : - Eklampsia,
1. Syok
2. Gawat janin
P/
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa TD : 160/100 mmHg, Nd : 98 x/ menit, suhu : 36 O C, Rr : 20 x/ menit dan ibu dan bayi dalam kondisi yang kurang baik karena ibu mengalami perdarahan dan keracunan dalam kehamilan, sehingga ibu harus dirawat dan kehamilan ibu harus diakhiri atau bayi harus segera dilahirkan,
2. Memberikan informed consent dan informed choice kepada ibu dan keluarga untuk tindakan selanjutnya
3. Melakukan pemasangan infus + DC warna kuning jernih, jumlah ± 15 cc
4. Melakukan penatalaksanaan PEB sesuai protokol namun pemberian MgSO4 dosis pemeliharaan tidak diberikan karena urin sedikit
5. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu akan merasakan sedikit panas di dada dan dada berdebar-debar selama pemberian MgSO4
6. Memberikan therapy nifedipin 10 mg / oral
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk rencana persalinan dengan seksio sesaria
8. Memberikan informed consent dan informed choice kepada ibu serta keluarga bahwa kehamilan ibu harus diakhiri dengan jalan operasi seksio sesaria karena memperhatikan keadaan ibu dan keadaan bayinya .
9. Memberikan therapy profenid suppositoria sebagai analgetik untuk mengurangi rasa nyeri yang ibu rasakan
10. Memberikan therapy duvadilan 2 ampul per drip untuk mengurangi his yang yang ada pada ibu karena ibu akan di operasi
11. Menjelaskan kepada ibu untuk tidak makan dan minum karena ibu harus puasa karena ibu akan dioperasi.
12. Memberikan rasa nyaman kepada ibu dengan membiarkan ibu berbaring di tempat tidur dan memberikan dukungan kepada ibu serta meminta ibu untuk terus berdoa agar selama operasi bejalan dengan lancar .
13. Melakukan observasi keadaan umum + TTV ibu
14. Melakukan observasi HIS dan DJF
15. Mengobservasi tanda-tanda perburukan PEB seperti : Eklampsia, HELLP syndrome, edema paru, DIC dan lain-lain
16. Mempersiapkan ibu untuk operasi yaitu dengan membantu ibu mengunakan baju operasi dan persiapan operasi lainnya
17. Melakukan skin test antibiotik cefoject
18. Melakukan pendokumentasian
19. Mengantarkan ibu ke kamar operasi
Jam 12.15 ibu masuk kamar terima ok dan memberikan ibu therapy antibiotic cefoject/ IV
Laporan seksio sesaria
No. 141/119/SC/XII/2010
Jam 12.35- 13.05
Jenis operasi Cito
Pembedah : dr. R, Bd. W, dr. M
Pengatur Instrumen : Bd. K
Anastesi : dr. H, Pak N
Diagnosa Pra bedah : G2P1A0 H. 32 minggu PK 1 Fase laten dengan HAP e.c Solusio plasenta + PEB
Diagnosa Pasca bedah : P2A0 P. SC atas indikasi solusio Plasenta
Jenis pembedahan : SCTPP
Jenis Anastesi : spinal
A dan anti Sepsis
Insisi Pfanensteil subcutcular
Setelah peritonium dibuka uterus membesar sesuai usia kehamilan
Plika vesiko uterine disayat semilunar, kandung kemih disishkan ke bawah
SBU disayat semilunar, air ketuban putih keruh tidak berbau jumlah ± 100 cc
Jam 12.38 bayi lahir tunggal dilahirkan dengan 1 forceps
BB : 1850 gram, PB : 43 cm, A/S 9/10 jenis kelamin perempuan
Plasenta berimplementasi di corpus depan
Lahir dengan tarikan pada tali pusat
Keadaan plasenta solusio plasenta 1/3 bagian
SBU dijahit 1 lapis dengan vicryl No. 1
Setelah diyakini tidak ada perdarahan, rongga abdomen ditutup lapis demi lapis tanpa meninggalkan Dextran 70 / RL
Kedua tuba
Ovarium kanan Normal
Ovarium kiri
Jumlah Depper/ kassa/ bendera/ kassa / kassa gulung : lengkap
Perdarah total ± 300 cc
Jam 13.20 os masuk RR
S/ Pusing : tidak ada, pandangan kabur : tidak ada, mual : tidak ada, muntah : tidak ada, nyeri ulu hati :
tidak ada, kedua kaki belum dapat digerakan
O/ Ku : baik, Kesadaran : CM,
TTV : TD : 147/85 mmHg, Nadi : 85 x / menit, suhu : 36,3 O C, RR : 20 x/ menit, saturasi 02: 97 %
Palpasi Abdomen : lemas, TFU : sepusat, kontraksi uterus : baik, luka operasi baik tertutup, tidak ada rembesan, perdarahan : ½ intek, terpasang Infus RD + DC
A/ P2A0 P.SC atas indikasi Solusio Plasenta + riwayat PEB
Masalah Potensial : Eklampsia
P/
1. Melakukan pemantauan pasca operasi termasuk pemantauan kala IV yaitu melakukan pemeriksaan TTV, TFU, kontraksi uterus, luka operasi, rembesan, perdarahan, dan kandung kemih setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua.
2. Melakukan observasi ketat perburukan PEB seperti : Eklampsia, HELLP Syndrome, DIC dan edema paru
3. Meminta ibu untuk beristirahat karena ibu masih dalam pengaruh obat bius
4. Membantu ibu untuk mobilisasi secara bertahap
5. Memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu secara bertahap
6. Menginformasikan kepada keluarga bahwa ibu sudah selesai di operasi dan bayi sudah lahir.
7. Menginformasikan hasil pemeriksaan bayi dan keadaan ibu serta bayi kepada keluarga
8. Meminta keluarga untuk tidak mengajak ibu untuk banyak berbicara dan membiarkan ibu untuk beristirahat karena ibu masih dalam pengaruh obat bius.
9. Melakukan pendokumentasian
Pukul 16.30
S/ Pusing : tidak ada, pandangan kabur : tidak ada, mual muntah : tidak ada, nyeri ulu hati : tidak ada,
kaki sudah dapat digerakan
Ku : baik, kesadaran : CM
TTV : TD : 156/ 107 mmHg, Nadi : 82 X/ menit, Suhu : 36,2 o C, RR : 21 x/ menit, Saturasi : 98 %
Palpasi Abdomen : lemas, TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus : baik, luka operasi : tertutup, rembesan : tidak ada, perdarahan : 2 intek
Terpasang infuse RD + DC
A/ P2A0 P.SC 4 jam atas indikasi Solusio + riwayat PEB
Masalah potensial : eklampsia
P/
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa TD darah ibu masih tinggi sehingga ibu harus di rawat di ruang khusus.
2. Memberikan informed consent dan informed choice kepada ibu dan keluarga untuk pemindahan ibu keruang khusus
3. Memberikan therapy Nipedipin 10 mg/ oral
4. Melakukan observasi Keadaan umum dan TTV setiap 30 menit sekali
5. Melakukan observasi luka operasi, rembesan dan perdarahan
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter cairan infus RD dengan RL + MgSO4 dosis pemeliharaan
7. Kembali mengingatkan ibu bahwa ibu mungkin akan merasakan panas di dada karena pengaruh obat yang ada pada cairan infus
8. Melakukan pendokumentasian
9. Memindahkan ibu ke ruang khusus (KH)
Tgl 14 / 12 / 2010
Jam 08.00
S/ Pusing : tidak ada, pandangan kabur : tidak ada, mual muntah: tidak ada, nyeri ulu hati : tidak ada,
O/ Ku : baik, kesadaran : CM
TTV : TD : 130/ 90 mmHg, Nd : 82 x/menit, Suhu : 36 O C, RR : 20 x/menit
Palpasi abdomen : TFu : 2 jr di bawah pusat, kontraksi uterus : baik, luka op : tertutup, rembesan : tidak ada, perdarahan : normal terpasang infuse RL + MgSO4 dosis pemeliharaan kolf I + DC
A/ P2A0 P. SC hr 1 d/ riwayat PEB
P/
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu sudah mulai membaik
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang Keadaan ibu yang sudah stabil dan pemindahan ibu ke ruang perawatan
3. Menyambung infuse RL + MgSO4 Kolf 1 yang habis dengan Infus RL + I cairaMgSO4 kolf II (pukul 09.30)
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk mengganti Infus RL +MgSo4 Kolf II yang habis dengan RL kosong (pukul 19.00)
5. Melakukan observasi KU, TTV luka operasi, kontraksi uterus dan perdarahan
6. Melakukan pendokumentasian
7. Mengantarkan ibu keruangan (pukul 19.30 )
Tgl 15 /12/ 2010
07.00 WIB
S/ keluhan tidak ada
O/ Ku : Baik, kesadaran : CM
TTV: TD : 120/80 mmHg, Nd : 84 x/menit, Rr : 20 x/ menit, suhu : 36 O C
Pemeriksaan mamae lembek, pengeluaran ASI : ada, kebersihan : bersih, tidak ada pembengkakan
Palpasi abdomen lemas, TFU 2 jr di bawah pusat, kontraksi uterus baik, luka operasi : tertutup, rembesan : tidak ada, perdarahan : normal
Ekstremitas : prasat homman : negatif
Terpasang infuse RL + DC
A/ P2A0 P.SC hr ke 2 d/ Riwayat PEB
P/
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah dalam keadaan baik dan ibu sudah diperbolehkan untuk pulang
2. Membuka perban pada luka operasi (hasil : luka operasi baik kering, tidak ada rembesan)
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pelepasan infus + DC
4. Melepaskan Infus + DC
5. Memberikan penyuluhan tentang ASI Eksklusif dan perawatan tali pusat bayi
6. Mengajarkan ibu tentang perawat luka operasi, personal hygience, dan perawatan payudara
7. Menginformasikan kepada ibu tentang gizi selama hamil, dan meminta ibu untuk tidak memantang makanan kecuali apabila ibu alergi ditambah lagi ibu memiliki luka operasi sehingga ibu harus lebih banyak mengkonsumsi makanan seperti telur, ikan dan daging
8. Meminta ibu untuk tetap melakukan aktivitas rumah tangga dengan cara bertahap tanpa perlu takut dengan luka operasinya
9. Mengingatkan ibu tentang tanda-tanda bahaya selama masa nifas, seperti pusing kepala yang hebat, pandangan kabur , nyeri ulu hati dan perdarahan yang hebat dan meminta ibu untuk segera datang ke RS apabila ibu mengalami hal tersebut
10. Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi kecil seperti dengan perawatan metode kangguru dan mengingatkan ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.
11. Melakukan pendokumentasian
Jam 11.30 ibu pulang bersama bayinya.










PEMBAHASAN
Pada kasus Ny S dengan P2 A0 P. SC atas indikasi solusio plasenta dan PEB, kemungkinan terbesar terjadinya solusio itu disebabkan oleh PEB yang dialami oleh ibu, karena meskipun ibu mengatakan selama ANC tidak pernah mengalami TD tinggi namun memang manifestasi dari PEB itu sendiri bisa berlangsung dengan cepat. Solusio Plasenta memang merupakan salah satu komplikasi tersering yang terjadi pada kasus-kasus PEB dimana pada PEB terjadi iskemia plasenta sehingga adanya gangguan pada fungsi plasenta yang menyebabkan plasenta menjadi terlepas.
Pada kasus PEB persalinan prematurus juga merupakan komplikasi tersering dimana pada PEB dan eklampsia terjadi kenaikan tonus uterus dan kepekaan perangsangan sehingga mudah terjadi partus prematurus (Ilmu kandungan ,2007). Pada kasus diatas juga terjadi persalinan prematurus dimana usia kehamilan ibu berumur 32 minggu, pada kasus PEB dengan usia kehamilan yang kurang bulan persalinan prematurus memang sulit dicegah karena mengingat prognosis PEB yang apabila tidak dilakukan penatalaksaan secara cepat dan tepat dapat menyebabkan keadaan yang memburuk bagi ibu dan bayinya, maka tanpa memikirkan usia kehamilan, kehamilan dengan PEB dan eklampsia memang harus segera diakhiri. Walaupun pada kasus ini asuhan kebidanan pada prematuritas fetus sendiri masih kurang terlihat.
Penatalaksanaan HAP e.c Solusio Plasenta pada kasus diatas sudah cukup baik karena pengambilan keputusan untuk mengakhiri persalinan degan seksio sesaria sudah sangat tepat, karena disamping itu ibu juga mengalami PEB.
Pengawasan ketat ibu dengan riwayat PEB di ruang/ kamar khusus (KH) sangat tepat, karena pada riwayat PEB kemungkinan terjadinya perburukan PEB masih ada, sehingga keadaan ibu benar-benar harus dipantau dengan cermat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar