Selasa, 08 Februari 2011

Penyebab Kematian Maternal dan Perinatal

Penyebab Kematian Maternal dan Perinatal

Jan 31
Sejak kehamilan pertama manusia, mereka mengarahkan diri pada keterampilan menolong persalinan. Di Indonesia dikenal penolong persalinan paraji atau dukun beranak. Salah satu bentuk kepedulian dunia tentang tingginya angka kematian ibu di seluruh dunia melalui WHO dan UNICEF (1978) melaksanakan pertemuan dan mencanangkan primary health care dan health for all by the years 2000. Diperkirakan terjadi kematian sekitar 560.000 – 585.000 orang setiap tahunnya dengan tekanan terbesar di negara berkembang. Sebagian besar kematian maternal masih dapat dihindari jika pertolongan pertama dapat dilakukan dengan memuaskan.

Kematian ibu dan perinatal merupakan tolak ukur kemampuan pelayanan kesehatan suatu Negara. Di Negara ASEAN, Indonesia mempunyai angka kematian tertinggi 330 / 100.000 dan angka kematian perinatal 420 / 100.000 persalinan hidup.
AKI bervariasi diberbagai daerah dengan rentang 330 – 700 / 100.000. Angka kematian perinatal dengan cepat dapat dirasakan penurunannya, tetapi AKI belum banyak terjadi penurunan. Bila persalinan di Indonesia di perkirakan 5.000.000 per tahun : AKI: 16.000 – 17.000 / tahun. Sepertiga kematian yang disebabkan abortus terjadi 45 – 55 / hari atau setiap 25 – 30 menit; sepertiga lainnya atau 6.000 – 7.000 sebagai akibat gugur kandung yang tidak aman dan tidak bersih.

AKP: 29.000 / tahun atau 2.417 / bulan atau 80 / hari atau setiap 18 menit. Kematian ibu dan perinatal terjadi justru pada pertolongan pertama yang sangat diperlukan, sehingga sebenarnya masih banyak mempunyai peluang untuk dapat menghindari atau menurunkannya.
Kematian maternal merupakan masalah yang kompleks karena berkaitan dengan penyebab langsung, antara dan penyebab tidak langsung. Obstetri sosial menetapkan arahnya pada upaya promotif dan preventif dalam bidang obstetri sehingga lebih mengkhususkan pada upaya meniadakan sebanyak mungkin penyebab kematian antara dan langsung. Penyebab kematian perinatal sebagian besar berkaitan dengan penyebab kematian maternal, di antaranya trias kematian perinatal, yaitu trauma persalinan, infeksi dan perdarahan, asfiksia saat persalinan, persalinan prematur. Tingginya angka kematian perinatal dianggap tolak ukur kemampuan melakukan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh.
Penyebab Kematian Maternal dan Perinatal
Penyebab langsung :
• Terjadi pada kehamilan yang dikehendaki atau tidak
• Terjadi komplikasi kehamilan dan persalinan
• Perdarahan 60 – 70%, perdarahan pasca – partum 4 kali lebih banyak
• Pre-eklampsia dan eklampsia dan eklampsia 10 – 20%
• Infeksi 10 – 20%, termasuk partus terlantar
• Lainnya : emboli air ketuban dan anesthesia
Penyebab antara :
• Kesanggupan memberi pelayanan gawat – darurat.
• Keadaan gizi ibu hamil laktasi yang berkaitan dengan status sosial ekonomi.
• Kebodohan dan kemiskinan sehingga masih tetap berorientasi pada pelayanan tradisional.
• Penerimaan gerakan keluarga berencana kurang nyata menurunkan
angka kematian ibu (AKI) atau angka kematian perinatal (AKP).
• Masalah perilaku seksual sehingga terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki dan melakukan terminasi yang tidak adekat.
• Persalinan masih didominasi oleh dukun 75 – 80% dengan akibatnya
• PUS ber-KB masih rendah sekitar 55-60%
• Tidak ingin ibu hamil, tetapi belum ber-KB
• Masih banyak di jumpai terlalu muda / tua untuk hamil, terlalu banyak anak, terlalu pendek jarak hamil (kurang dua tahun)
• PUS dengan KB 60% masih fase transisi dan belum dapat mencapai penurunan pertumbuhan penduduk (zero population growth)
• Pelayanan gugur kandung illegal oleh dukun mempunyai peranan penting terhadap AKI dan morbiditas resproduksi
• Status kesehatan
Penyebab kematian tidak langsung :
• Rendahnya status perempuan Indonesia.
• Wanita melaksanakan pekerjaan yang berat sekalipun sedang hamil tua karena ikut menunjang kebutuhan sosial ekonomi keluarga.
• Budaya komunal, ketika dalam kondisi kritis masih diperlukan persetujuan kepala keluarga, kepala desa, orang yang disegani, sehingga terlambat untuk mengambil keputusan.
• Jangkauan daerah Indonesia terlalu luas
• Pelayanan kesehatan bervariasi
• Sistem rujukan belum optimal
• Biaya pelayanan kesehatan menjadi mahal
• Kemiskinan poleksosbudhankam keluarga.
• Status gizi kurang menguntungkan.
• Anemia atau kekurangan gizi
• Hamil dalam keadaan tidak optimal
• Keputusan untuk rujukan terbentur biaya sehingga terhambat
• Keterlambatan memberi pertolongan adekuat
• Terlambat mengetahui kegawatan obstetri dan ginekologi
• Terlambat menyediakan fasilitas cukup

3 komentar: